Jumat, 12 Oktober 2012

BULUTANGKIS


      Sejarah
A.    Sejarah Permainan Bulutangkis
      Bulutangkis merupakan permainan yang dilahirkan di Poona India, dipopulerkan di Inggris setelah dia menjadi permainan orang kelas atas. Nama badminton diambil dari nama wilayah tanah pertanian milik bangsawan Inggris, yang sampai sekarang menjadi nama ajang pertandingan.
Di Indonesia permainan ini diduga masuk lewat orang Eropa yang membawanya ketika mereka datang ke Indonesia. Pada awalnya bulutangkis banyak dimainkan di Jawa dan Sumatera, khususnya Medan yang memiliki perkebunan milik orang asing. Sebelum merdeka sudah banyak klub didirikan dan mereka itu membuat pertandingan regular antar pemain.
Di Jawa, kota-kota yang memiliki klub selain Jakarta adalah Bandung, Tegal, Purwokerto, Surabaya. Dari kompetisi tak resmi muncullah sejumlah nama seperti Sudirman, Ferry Sonneville. Setelah itu baru diadakan kejuaraan tingkat nasional.
Setelah memiliki pemain nasional, dwitanding kemudian diadakan antar negara, khususnya dengan Malaya yang waktu itu masih terdiri dari Malaysia dan Singapura. Malaya merupakan negara terkemuka di dunia karena keberhasilan sejumlah pemain mereka menjadi juara di Eropa.
Indonesia sendiri mulai berkiprah di tingkat internasional ketika Tan Joe Hol menjadi juara All England tahun 1957. Setelah itu semakin diakui ketika menjadi juara piala Thomas dengan mengalahkan raksasa Malaya dan mulai aktif di berbagai kejuaraan di Eropa. Pemain putri juga muncul dan mendapat nama setelah merebut pula Uber tahun 1975. Pada saat itu demam bulutangkis dengan pemain top seperti Rudy Hartono, Christian Hadinata, Ade Chandra, Tjun Tjun, Johan Wahyudi, sangat luar biasa dan membuat olahraga bulutangkis menjadi olahraga nomor satu di Indonesia.
Indonesia memasuki babak baru karena merebut dua medali emas Olimpiade Barcelona 1992, yang terus bisa dipertahankan dengan merebut emas pula di Olimpiade Athena 1996, dan Olimpiade Sidney 2000.



1. Sejarah Thomas Cup
Sekitar tahun 1920 – 1933 yang menjadi juara All England Championship adalah Sir George Thomas, dilahirkan tahun 1881 dan meninggal tanggal 23 Juli 1972. Selain menjadi juara perorangan, ia juga selalu menjuarai ganda putra dan ganda campuran. Selama 30 tahun George Thomas keluar sebagai juara dalam 90 pertandingan nasional di Eropa dan 50 kali menjuarai kejuaraan internasional.
Selain tampil sebagai pemain yang sukses di gelanggang pertandingan, George Thomas juga seorang ahli dalam organisasi. Ia adalah presiden IBF yang pertama ketika organisasi bulutangkis dunia tersebut didirikan pada tahun 1934 dan berlanjut sampai 1955.
Pada tahun 1939 Sir George Thomas mengemukakan usulan dalam pertemuan IBF untuk mengadakan perebutan kejuaraan bulutangkis beregu putra yang bersifat internasional. Ia mempersembahkan piala pada tahun 1939 untuk diperebutkan pada tahun 1941/1942. Piala ini dibuat di London dari bahan perak berlapis emas dengan ukuran tinggi 28 inchi, lebar 16 inchi dan terdiri dari tiga bagian, yaitu dasar, badan piala, dan tutup. Bagian tutupnya dihiasi patung seorang pemain pria.
Kemudian diselenggarakan perebutan piala Thomas yang pertama kalinya di Preston Inggris, yang diikuti oleh Kanada, Denmark, Inggris, Perancis, Irlandia, Wales, USA, dan Malaya. Dalam kejuaraan tersebut Malaya keluar sebagai juara setelah mengalahkan Denmark 8–1.
Tahun 1957/1958 merupakan perebutan piala Thomas yang keempat kalinya, dan untuk pertama kalinya Indonesia turut serta. Prestasi Indonesia saat itu sungguh luar biasa, karena sebagai regu yang tidak diperhitungkan pada akhirnya mampu menundukkan juara bertahan Malaya dengan angka 6–3. Setelah itu praktis Indonesia merajalela mempertahankan dan memiliki piala Thomas sampai tahun 1984, diseling tahun1967 oleh Malaysia dan Cina tahun 1982.
Pada tahun 1986 sampai 1990 piala Thomas mendekam di Cina dan tahun 1992 di Malaysia. Baru pada tahun 1994 piala Thomas kembali ke Indonesia dan bersanding kembali dengan piala Uber untuk yang kedua kalinya setelah tahun 1975.

2. Sejarah Uber Cup
Piala Uber adalah lambang supremasi bulutangkis beregu putri, yang pada mulanya diperebutkan dalam kurun waktu tiga tahun sekali. Namun setelah pertemuan IBF tanggal 19 Mei 1982 berubah menjadi 5 partai. Pelaksanaannya bersamaan dengan perebutan piala Thomas, dengan sistem dan partai yang sama.
Piala ini merupakan sumbangan dari pemain terkenal Inggris, H.S. Uber yang selama kurang lebih 25 tahun berada di arena bulutangkis internasional. Uber sebenarnya memulai karirnya dalam bulutangkis tahun 1926. Kemudian dalam tahun-tahun berikutnya karirnya terus meningkat. Tercatat mulai tahun 1935 – 1938 Uber pernah menjadi juara tunggal putri All England (1935), juara ganda putri (1937, 1938), dan ganda campuran bersama suaminya, D.C. Hume, pernah tercatat sebagai pasangan yang tak terkalahkan selama tahun 1930 sampai tahun 1938. Selama karirnya dalam bulutangkis pernah menjuarai tak kurang 40 turnamen.
Piala Uber secara fisik berbentuk globe dengan bagian atasnya terdapat patung seorang pemain bulutangkis putri yang sedang mengayunkan raket. Piala ini terbuat dari perak setinggi kurang lebih 40 cm (18 inchi) dibuat oleh Messrs Mappin dan Webb of London.
Pada tahun 1956/1957 ditetapkan sebagai turnamen memperebutkan piala Uber pertama kali, yang diiikuti oleh Malaya, Hongkong, India yang tergabung dalam zona Asia, Irlandia, Swedia, Skotlandia, Denmark, Inggris yang tergabung dalam zona Eropa serta Amerika Serikat dan Kanada dalam zone Amerika. Juaranya adalah Amerika Serikat setelah mengalahkan Denmark di final.
Indonesia sendiri ikut serta untuk pertama kalinya pada kontes kedua tahun 1959/1960 dan Indonesia baru menjadi juara untuk pertama kalinya pada tahun 1975. Setelah itu tidak ada lagi juara. Indonesia seolah-olah ditelan oleh keperkasaan regu negara lain. Pada perebutan piala Uber yang ke-15 kalinya tahun 1994 di Jakarta, Indonesia berhasil merebutnya kembali dari juara bertahan Cina, kemudian dipertahankan di Hongkong pada tahun 1996. Dan terakhir kalinya Indonesia memboyong piala Uber terjadi pada tahun 1994 yang disandingkan dengan piala Thomas.

3. Perkembangan Olahraga Bulutangkis di Indonesia
Olahraga bulutangkis semakin populer di Indonesia. Gerakan olahraga bulutangkis merupakan salah satu kegiatan di kalangan masyarakat Indonesia yang ikut menunjang terbentuknya manusia Indonesia, yang tidak saja sehat jasmaniah dan rohaniah serta gemar olahraga semata-mata, melainkan juga dengan satu cita-cita yaitu mengharumkan nama, harkat, dan derajat negara Indonesia di mata bangsa-bangsa di dunia.
Sejak diresmikannya persatuan olahraga badminton di Inggris, permainan ini mulai berkembang di beberapa wilayah jajahan Inggris, termasuk Malaysia dan Singapura. Dari dua negara jajahan Inggris inilah diperkirakan olahraga badminton masuk ke Indonesia sekitar tahun 1930.
Perkembangan olahraga bulutangkis di Indonesia mulai merebak ke beberapa daerah, seperti Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Jawa Timur sekitar tahun 1930. Pada tahun 1933 di Jakarta sudah ada perkumpulan badminton bernama “Bataviase Badminton Bond (BBB). Selanjutnya berdiri pula satu perkumpulan lagi yang bernama “Bataviase Badminton League”. Kedua perkumpulan ini akhirnya bersatu menjadi “Bataviase Badminton Unie” (BBU).
Pada tahun 1942, diusulkan untuk mengganti istilah badminton. R.M.S. Tri Tjondrokoesoemo yang waktu itu menjabat sebagai Ketua ISI (Ikatan Sport Indonesia) mengusulkan nama badminton. Usul itu mendapat tanggapan positif dan diterima baik oleh kalangan pencinta bulutangkis dan menyebar luas di seluruh pulau Jawa dan beberapa daerah lainnya di Nusantara.
Satu tahun kemudian di Jakarta dibentuk suatu gerakan olahraga dengan nama GELORA (Gerakan Latihan Olahraga Rakyat) sebagai induk bulutangkis yang dipimpin oleh Otto Iskandar Dinata. Pada tanggal 4 – 6 Mei 1951 para tokoh bulutangkis menyelenggarakan kongres di Bandung. Mereka sepakat untuk membentuk badan bulutangkis nasional. Maka pada tanggal 5 Mei 1951 dibentuklah organisasi bulutangkis nasional dengan nama PBSI (Persatuan Bulutangkis Seluruh Indonesia). Sebagai Ketua PBSI pertama adalah H.R. Rochdi Partaatmadja dan dua Wakil Ketua yaitu Sudirman dan Tri Tjondrokoesoemo. Pada tahun 1953 PBSI secara resmi menjadi calon untuk menjadi anggota IBF. Ini merupakan langkah awal masuk ke dunia internasional merealisasi ambisi untuk memboyong piala Thomas yang merupakan kejuaraan dunia beregu putra.

B. Tehnik Dasar Permainan Bulutangkis
C. Peraturan Permainan, Perwasitan, dan Penyelenggaraan Pertandingan Bulutangkis


1 komentar: